Ansyaad Mbai JAKARTA - Kematian Osama Bin Laden justru menjadi tambahan beban bagi Detasemen Khusus 88 Mabes Polri. Mulai tadi malam, seluruh personel di kesatuan elit anti teror itu diperintah siaga penuh. ”Kami dalam status red alert (siaga merah),” kata sumber di lingkungan anti teror kemarin. Dengan status ini, seluruh personel Densus 88 Mabes Polri semua dalam posisi aktif. “Anggota yang cuti maupun di luar dinas dipanggil di posnya masing-masing,” kata perwira lulusan kursus anti teror di Manila, Filipina itu. Menurut dia, perintah ini diberikan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya aksi balasan dari pihak-pihak yang kecewa dengan kematian Osama. ”Saat ini, kita petakan menjadi tiga kelompok,” katanya. Kelompok pertama adalah kelompok lingkaran utama Osama Bin Laden yang berada di Indonesia. ”Mereka ini yang pernah berlatih langsung di Afghanistan. Beberapa bahkan bertemu dengan Osama langsung,” katanya. Orang-orang ini sebagian sudah tertangkap seperti Musthofa alias Abu Tholut, Umar Patek dan Hambali. Sebagian yang lain tewas seperti Azahari, Noordin dan Dulmatin. Tapi, di luar nama-nama terkenal itu ada juga yang masih bebas. ”Mereka pernah dipenjara dalam berbagai dugaan pidana,” katanya. Dia menolak menyebut identitas mereka. Kelompok kedua adalah orang-orang yang pernah dilatih oleh lingkaran inti. ”Mereka belum pernah ke Afghanistan langsung tapi dilatih di Mindanao atau Poso,” katanya. Masuk dalam kategori ini yang sudah tertangkap adalah Mustaqim, Ubaid, dan Fadli Sadama. ”Jaringan ini juga masih ada,” katanya. Lalu, kelompok ketiga yang sama sekali tak pernah bersentuhan langsung dengan kelompok satu dan dua. Tapi, mereka terpengaruh dengan ide-ide jihad Osama Bin Laden dari buku dan internet. ”Misalnya Pepi Fernando otak bom buku dan bom pipa gas di Serpong,” tambahnya. Sampai kapan level siaga merah untuk anggota Densus diberlakukan ? Sumber ini tidak bersedia menerangkan. ”Semoga saja tetap aman, kita semua waspada ,” katanya. Kemarin sore, Kementerian Koordinator Bidang Polhukam memang langsung menggelar rapat menyikapi tewasnya Osama bin Laden. Hal itu untuk mengantisipasi adanya ancaman aksi teroris menyusul kematian Osama. ”Kemungkinan aksi teror tetap ada walaupun tidak terkait langsung dengan Osama dan saya kira pemerintah telah mengantisipasinya,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) Ansyaad Mbai di kantor Menko Polhukam, kemarin (2/5). Dia mengakui ada pengamanan di sejumlah tempat yang ditingkatkan. Namun dia mengelak saat disebut tempat tersebut adalah kantor-kantor kedutaan besar, terutama kedubes AS. ”Saya kira kalian lebih tahu apa saja targetnya,” elak Ansyaad. Dia mengatakan, pengamanan itu sudah diatur Polri. Ansyad menegaskan, kewaspadaan justru makin ditingkatkan paska kematian Osama. ”Justru kita lebih waspada. Mati atau hidup bin Laden, kita tetap waspada,” tegasnya. Aksi teror yang ada di Indonesia, lanjut dia, tidak semuanya memiliki hubungan langsung dengan jaringan Osama. Dia mencontohkan aksi yang dilakukan oleh Pepi yang disebut-sebut sebagai kelompok baru. ”Jadi matinya Osama bin Laden tidak otomatis aksi teror berhenti,” ucapnya. Menurut Ansyad, motif teror tersebut adalah balas dendam. Target teror juga tidak melulu yang berhubungan dengan Barat, namun siapa saja yang dianggap menghambat tujuan mereka. Misalnya bom Jati Asih yang menarget Presiden SBY. ”Jangan dibedakan target barat atau domestik, sama saja,” katanya. Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan pengamanan di sejumlah tempat. Dia meminta masyarakat berperan aktif memberikan informasi kepada aparat penegak hukum. ”Masyarakat bisa memberikan warning dan informasi apapun yang terjadi,” kata Timur. Osama diharapkan bisa membawa dampak terhadap menurunnya aksi terorisme di Indonesia. ”Mudah-mudahan. Harapan kita begitu,” kata Nanan Soekarna di kantor Mensesneg. Kepolisian, lanjut dia, akan tetap meningkatkan kewaspadaannya paska kematian Osama. Namun sejauh ini, menurut Nanan belum ada ancaman terjadinya teror. ”Kita monitor. Kita antisipasi saja,” kata mantan Kapolda Sumut itu. Sementara itu, terkait dengan Umar Patek yang juga tertangkap di Pakistan, Kapolri mengatakan, hingga saat ini Umar masih dalam perawatan. Dia mengakui belum ada hal baru terkait dengan rencana membawa buron teroris yang dihargai USD 1 juta itu. ”Sampai sekarang masih dalam proses mengaktualisasikan, nanti akan disampaikan,” kata Timur. Ansyaad Mbai mengatakan, pemerintah tetap akan melindungi Umar Patek sebagai WNI yang bersalah di negara lain. Meski begitu, pemerintah juga menghormati sistem hukum yang dimiliki negara lain. ”Karena dia (Umar) melakukan pelanggaran hukum di banyak negara,” katanya. (rdl/fal/jpnn/ji) |
Selasa, 03 Mei 2011
Densus 88 Siaga Merah
Label:
berita aneh lucu dan extrim
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar