Ketik disini apa yang anda cari

Jumat, 22 April 2011

Cerpen - Dilema Cinta

Dilema cinta
( antara, cinta, kebencian dan kesetiaan )


Nadira salah satu siswi SMU Global mandiri yang cukup dikenal Di sekolah, bersama tiga sahabatnya Iklima, Hilma, dan Tian.
Pagi yang cerah mengawali hari mereka, seperti biasa mereka berempat berangkat dan pulang sekolah bersama - sama, dengan mengendarai mobil jazz warna biru milik Iklima.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu bel pertanda waktu pulang berbunyi.
Tiba dirumah Nadira langsung ke kamar dan membaringkan tubuhnya di sringbad kamarnya. Terdengar suara ketukan pintu dari luar.
" Tuk... Tuk... Tuk...
Dira pun beranjak dari pembaringannya dan membukakan pintu rumah itu. Wajar saja Dira berada dirumah sendiri karna kedua orangtuanya sangatlah sibuk.
" Geo " sapa Dira, Geo adalah sepupu Nadira.
" Dira, apa kabar ? " jawab geo.
" Baik "
Tak terasa mereka berbincang - bincang tanpa mempedulikan sosok laki - laki disebelah Geo. Laki - laki itu tidak terlalu tinggi namun hitam manis.
" Dir, kenalin temen gue Danu. " kata Geo sembari menepuk pundak laki - laki itu.
" Hai, Gue Nadira " sapa Dira sambil bersalaman.
" Danu " jawab laki - laki itu singkat, misterius namun penuh wibawa.
" Sampe lupa ayo masuk ! " ajak Dira.
" Dira, sepupuku yang baik, gue mau Liburan nggak papa kalo gue nginep d rumah loe ?" tanya Geo sambil terus memainkan tangannya di kipet handphonenya.
" Santai aja lagi "
Tanpa terasa mereka menghabiskan sore itu dengan berbincang tanpa topik yang pasti namun laki - laki di sebelah Geo hanya terdiam dan menundukan kepala tanpa sedikitpun berkata.
Satu minggu sudah Geo Liburan dirumah Dira. Memang jarak rumah Geo dan Nadira tidak terlalu jauh mungkin hanya 15 km. Hari itu Geo rencana untuk pulang.
" Gue pulang ya Dir. " kata Geo sambil melambaikan tangannya.
" Ia... Hati - hati dijalan ya ! "
Rumah kini sepi hanya aku sendiri aku duduk disudut kamarku sembari melihat keluar jendela. Handphone Dira berbunyi sebuah pesan, dan Dira pun membuka itu.
From : Danu

haii... Dir, masih inget gue nggak ? Apa kabar dir ?
Dira tersenyum girang karna pesan itu, Dira memang suka terhadap Danu dari pertama mereka bertemu. Hari - hari Dira kini berbeda, Dira merasa lebih berwarna hidup karna Danu.
Malam itu kira - kira pukul 19.30, Dira mendapatkan kabar bahwa sepupunya Geo meninggal. Dira memang sangat terpukul dengan berita meninggalnya Geo. Di pemakaman Dira bertemu dengan Danu, Dira hanya tersenyum tanpa sedikitpun berkata. Tak terasa tujuh hari sudah Geo meninggal namun yang Dira rasakan Geo selalu ada.
Saat itu malam semakin larut, dingin begitu mencengkeram Dira hanya berbaring dikamar dan Dira pun terlelap tidur. Tak Dira sadari handphone Dira berbunyi sebuah pesan dari Danu. Pesan itu sungguh mengagetkan dan buat aku melayang.

From : Danu

aku hanya ingin kau tau kau yang selalu dihati ini.
Maukah kau jadi kekasihku mengisi sepinya ruang hatiku ?


Aku menjawab pesan itu dengan kata " M A U ". Hari - hari Dira memang indah karna Danu, sosok terang dalam gelap bagai pelita itu menurutku. Sosok yang mungkin taakan pernah tergantikan dengan mereka. Satu tahun sudah mereka menjalani hubungan jarak jauh itu. Namun pada suatu waktu Dira merasakan ada yang berubah dari Danu.
Tanpa sengaja aku melihat Danu di SMU Fajar Harapan II, dia sedang asik berbincang bersama wanita berambut panjang lurus itu. Siapa wanita itu ? Mengapa Danu ada disana ? Beribu pertanyaan menggelayuti pikiran Dira. Dira memang tak pernah menanyakan siapa wanita itu pada Danu.
Ketika Dira dan Hilya sedang melihat konser band Dicafe mall lantai II, Dira melihat Danu. Mendadak aku seakan disengat sesuatu pandanganku terhenti disuatu titik dan itu buat aku mematung bahkan kehilangan kemampuan untuk berkata - kata.
" Dir, loe kenapa ? " tanya Hilya sambil mengoyang - goyangkan telapak tangan sahabatnya itu.
Dira bahkan tak merasa terganggu, aku masih termengu menatap dua sejoli yang sedang berjalan ke arah konser itu. Dira merasakan jantungnya berdetak lebih kencang bahkan mungkin mengalahkan bunyi bedug di malam takbiran.
" Dan...u " Desis Dira lirih.
Sesaat Dira terdiam, wajahnya memerah, tetesan air mata mulai keluar dari celah bola mata Dira. Kakinya gemetar mendadak kehilangan kekuatan untuk menopang tubuhnya. Dira terpaku dengan rasa sakit dan sangatlah perih, perasaan itu membuat Dira mematung beberapa saat. Sebelum Hilya bertanya tentang air matanya yang keluar, Dira berseru lirih dan gemetar.
" Hil, arah jam sembilan itu Danu. " reflek Dira membelokan kepala Hilya kearah Danu.
" Danu bajingan pengkhianat " kata Hilya sambil menengok kearah Nadira, tapi cewek itu sudah menghilang.
" Dir...a " panggil Hilya matanya mencari - cari sosok Dira di sekelilingnya.
Hati Dira hancur sehancur gelas yang jatuh dari atas meja, Wajah Dira sekelabu langit mendung sore ini.
Aku mencari tau tentang wanita itu, wanita itu bernama Meyy anak kelas XII dan pada akhirnya Dira mendapatkan suatu bukti yang Dira lihat dengan mata kepala Dira sendiri, dan yang aku tahu mereka sekarang berpacaran. Pada saat itu juga aku memutuskan hubungan dengan Danu.
Aku terpuruk disudut kamarku, kesunyian dan rintikan hujan yang terus berjatuhan membuat aku semakin larut dalam kepedihan hati ini. Ketukan pintu yang sedari tadi tak henti bersuara semakin buat aku tak mampu menahan deras air mata yang keluar sungguh getir aku rasa. Aku membukakan pintu dan ternyata itu Hilya, aku merangkul Hilya dengan dada yang sesak dan tangis yang tak henti.
" Hil, semua ini buat aku tak berdaya, aku tak mampu melangkahkan kakiku untuk hari esok. " kata Dira terbata - bata.
" Ini bukan akhir dari segalanya, percaya esok akan lebih baik. Ini suatu bukti bahwa danu memang bukan yang terbaik. " Hilya berusaha untuk meyakinkan Dira.
" Ini takdir atau nasib dari Tuhan ? Mengapa ada hitam bila putih lebih baik ? Mengapa ada tangis bila tawa menjelang ? Aku merasa Tuhan tak adil dia berikan kebahagiaan dan dia juga yang mengambil kebahagiaanku saat Tuhan biarkan Danu pergi bersama yang lain.
Hilya hanya terdiam, tak mampu menjawab semua pertanyaan sahabatnya itu.
" Hil, kamu nggak akan pernah tau seberapa hancur dan terluka telah kehilangan seseorang yang sangat aku cintai "
satu pesan from danu
from : Danu

bila cinta harus berakhir dengan kesedihan jangan pernah menyesal dengan sebuah pertemuan. Karna orang yang membuatmu sedih adalah orang yang pernah bahagia bersamamu.
Maafkan aku yang ta pernah buatmu bahagia, maaf bila pada akhirnya kamu yang harus terluka karna aku.

Aku bergetar membaca pesan dari Danu, pesan itu hanya buat aku semakin tak mampu melepaskan Danu. Air mataku terjatuh tawakal kini terasa tek berarti, hidupku kini berubah semakin dalam aku terjatuh dalam kepedihan luka hati karna mencintai Danu.
Hari - hari ku jalani meski bersama keterpurukan ini, aku tak pernah melupakannya karna setiap aku mencoba bayangnya semakin tak penah hilang.
Siang ini udara memang sangatlah panas, aku duduk disudut cafe ditemani segelas juice yang aku pesan namun tak aku minum sedikitpun.
" Nadira ? " terdengar suara laki - laki menyapa, suara yang tak asing baginya.
" Bimo, apa kabar ? " tanya Dira sembari mengulurkan tangan
" Baik, boleh gue duduk ? "
Tak terasa mereka berdua menghabiskan siang itu dengan penuh tawa dan canda.
" Bim, gue pulang dulu ya. See you again " kata Nadira menutup pembicaraan dan beranjak dari tempat duduknya.
" see you again too "
Waktu terus berlalu aku tak pernah tau bagaimana Danu sekarang ? Apa kabar dia sekarang ? Yang aku tahu Danu masih berpacaran dengan Meyy, wanita yang merenggut kebahagiaanku bersama Danu, wanita yang buat Danu melupakan kenangan dan meninggalkan semua yang penah terlewati. Kini aku pun bahagia bersama Bimo, meski tak aku pungkiri hati dan cinta ini masih untuk Danu dan hany untuk Danu, meskipun raga ini milik Bimo.

Dua tahun berlalu.

Tanpa sengaja aku melihat Danu Dicafe tempat biasa kami bertemu dahulu. Danu memang tak berubah masih seperti Dahulu.
" Danu apa kabar ? " tanya Dira sambil mengulurkan tangannya.
" Dira, baik, kabar kamu gimana ? Lama nggak bertemu. Jawanya sambil bersalaman.
" Ia... Aku baik "
Mereka berdua berbincang - bincang membahas dua tahun yang lalu saat mereka bersama mewarnai dunia. Danu pun pamit pulang dari tempat itu.
Pertemuan itu membuka memori kepedihan Dira. Namun Dira bahagia karna pertemuan itu.
" Hilya, gue ketemu Danu. Danu emang nggak berubah ." cerita Dira dengan senyumnya yang lebar.
" Oya... Dimana ? Seneng banget kayanya. Jangan bilang loe masih mengharapkan Danu ! "
" Dicafe tempat gue sama danu biasa ketemu dulu " Dira terlihat sangat girang.
Ketika Dira dan Hilya sedang asik membahas pertemuan kembali Dira dan Danu. Handphone Dira berbunyi satu pesan masuk.

From : Danu

Tak ada yang berubah dirimu, kau masih seperti dulu, aku rindu saat dimana kau dan aku habiskan waktu berdua meski tanpa kata.
Semua yang pernah terlewati buat aku berarti. Aku membutuhkanmu entah sekarang esok atau kapanpun.
Aku ingin mengulang saat - saat indah itu. Aku ingin memperbaiki kesalahan aku dahulu.


Aku memang bahagia karna pesan it, namun tak dapat aku pungkiri aku masih menyimpan benci pada Danu. Dan sekarang aku terjebak pada cinta ini, antara cinta, kebencian, dan kesetiaan. Siapa yang harus aku pertahankan dan aku lepaskan ? Apakah aku harus mempertahakan Bimo meski aku tak pernah mencintai bimo ? Atau aku harus melepaskan kebencianku pada Danu dan kembali mengulang kisah indah dulu dengan bayang - bayang pengkhianatan itu ?

***

Tentang Penulis:
nama : Desi lismayanti
facebook : radendeasi'echy kaudankenanganku ( deasi.echy )
twitter : @chyechydeasi
@mail : chythesheechy@yahoo.co.id

by Tania ja Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger